Kumpulan Cerita Sex 2018 - Kalau aku diam, orang akan mengatakan, ”Begitulah janda, tak bisa cari
uang setelah ditinggal mati suaminya.” Kalau aku tidak keluar rumah,
orang akan mengatakan, ”Selalu berkurung diri, pasti sudah kehilangan
akal setelah dicerai suami.” Kalau aku keluar rumah dan tentu saja aku
bersolek, orang berkata, ”Dasar janda, pasti keluar cari laki-laki,
jelas saja dicerai oleh suaminya.” Apa saja yang kulakukan selalu saja
salah di mata orang lain, terlebih para tetangga
Namun aku tak peduli lagi. Apa pun kata tetangga, aku akan keluar rumah
dan mencari uang untuk anak semata wayangku. Dia sudah SMP dan dia butuh
biaya. Aku harus menyekolahkannya setinggi mungkin, agar kelak hidupnya
bahagia.
Ketika aku keluar rumah dalam usiaku yang 35 tahun,
banyak saja laki-laki iseng menggodaku. Mata mereka membelalak melihat
tubuhku, terutama belahan dadaku. Atau mungkin perasaanku saja. Aku
semakin sensitif setelah aku jadi janda. Tapi salahkan aku, kalau aku
membutuhkan laki juga? Aku adalah perempuan normal dan kebutuhan seks-ku
masih tinggi.
Aku sengaja tidak menyewakan lagi kios di
pasar. Dulunya aku berjualan di sana, kemudian suamiku melarangku
jualan, karena banyaknya laki-laki iseng menggodaku. Akhirnya kuputuskan
untuk tidak berjualan lagi. Setelah suamiku menggila dengan perempuan
lain, aku minta cerai dan aku ingin berjualan kembali. Aku mulai
membenahi kios tempatku berjualan. Aku berjualan garmen (pakaian jadi).
Aku mengikuti selera anak muda dan remaja yang suka pada mode-mode
pakaian terbaru.
Setelah membuka kios, aku mendapatkan
pelanggan. Seorang laki-laki berusia 19 tahun. Ganteng dan entah kenapa
aku begitu cepat tertarik kepadanya. Wajahnya begitu baby face dan rapi.
Aku mulai menggodanya. Aku lupa siapa diriku yang sudah berusia 37
tahun. Ah, senyumnya begitu memikat. Ketika dia masuk ke sebuah sudut
yang hanya ditutupi oleh kain tirai untuk mencocokkan celana jeans yang
dia beli, aku mengikutinya. Aku yakin dia sudah membuka celananya dan
aku masuk ke dalam. Aku pura-pura terkejut. Dia tersipu malu.
"Bagaimana, pas?" tanyaku.
"Kurang besar sedikit, Mbak," katanya.
"Apanya yang kurang besar? Mungkin ’anu’ nya yang kegedean?" tanyaku mengarah. Dia tersenyum.
"Pasti pacarmu puas pacaran denganmu," kataku.
"Kenapa, mbak?" tanyanya lagi.
"Habis,
besar dan panjang," kataku melirik kontolnya dan memekku sudah mulai
berdenyut-denyut. Yah, sudah tujuh bulan aku tidak merasakan ada kontol
yang masuk ke memek-ku lagi.
"Aku belum pernah punya pacar mbak. Apa mbak mau?" katanya merayu. Aku terkejut atas jawabannya yang to the point itu.
"Apa kamu sudah pintar?" kataku.
"Belum sih. Tapi mbak kan bisa mengajari aku nanti," katanya, seperti serius.
"Boleh juga," kataku pula to the point.
Hari
pertama buka, aku sudah banyak laku. Mungkin penataan pakaian yang
kuletakkan di kios berukuran 4 X 4 meter itu membuat para remaja
terpikat. Inilah saatnya, pikirku pula. Aku tak boleh melepaskan
kesempatan ini, bisik hatiku pula. Aku akan menjaga diriku tidak hamil
dengan meminum jamu peluntur yang ampuh, Rumput Fatimah yang manjur itu.
Denny,
begitu namanya dan katanya baru setahun lulus SMA dan tidak melanjutkan
kuliah, karena kalah ujian UMPTN dan akan akan mencoba lagi tahun
depan. Aku masuk ikut ke dalam kamar pas. Setelah pakaiannya pas, aku
tak melepaskan kesempatan itu. Aku langsung memeluknya dan mencium
bibirnya dan mengelus-elus kontolnya. Dia gelagapan membalas ciumanku.
Aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Dengan cepat kulepaskan
ciumanku, begitu mendengar ada mobil parkir di depan kiosku. Ah,
ternyata mobil orang yang mau belanja ke kios lain.
Denny
keluar dari kamar pas dan membayar celananya. Rasanya enggan aku
menerimanya. Tapi mana tahu dia tidak suka padaku, maka sia-sialah
sebuah celana. Kalau dia suka kepadaku, besok lusa, aku bisa memberinya
lebih.
Kami cerita-cerita di kios dan aku memesan segelas
juice orange agar obrolan sedikit lama dan aku bisa mengorek sedikit
banyak tentang dirinya. Akhirnya kami berjanji untuk pulang sama-sama.
Aku cepat menutup kiosku dan kami pulang naik bus. Di sebuah
persimpangan kami turun dan memasuki sebuah hotel kecil yang bersih.
Kami menyewa kamar yang termurah. Begitu pintu kukunci, aku langsung
menyerbunya dan menciumi kembali bibirnya dan mempermainkan lidahku di
dalam mulutnya. Tak kulupa kuelus-elus kontolnya dari balik celananya.
Begitu cepat kontolnya bangkit dan berdiri. Denny harus mendapatkan
kenikmatan yang pertama dariku. Dia harus merasakan bagaimana nikmatnya
bersetubuh dengan seorang perempuan. Aku juga harus mendapatkan
segalanya darinya.
Dengan cepat kubuka pakaianya dan
pakaianku juga. Tak kusia-siakan kesempatan itu. Aku mulai beraksi dan
menjilati sekujur tubuhnya yang atletis itu. Langsung saja kuhisap
kontolnya. Aku menyaksikannya menggelepar-gelepar, seperti ikan yang
tertangkap. Sebentar lagi dia akan sampai ke puncak nikmat. Aku tak
ingin menyia-nyiakannya. Dengan cepat lidahku bermain di kepala dan
batang kontolnya. Lalu aku merasakan spermanya keluar dari batangnya.
Terasa penuh rongga mulutku.
Banyak sekali spermanya. Gleeekkk... aku menelannya.
Yah,
aku sendiri merasa heran, kenapa itu aku lakukan, sementara kepada
suamiku sendiri, aku tak pernah melakukannya. Ternyata sperma itu, enak
juga rasanya. Aku menjilati sisa sperma di batang kontolnya dan kami
rebahan dengan senyum yang mengembang.
Dua jam lamanya kami
istirahat di atas ranjang. Kami ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Aku menyabuni kontolnya sampai bersih. Dari kamar mandi ke ranjang, aku
memeluknya. Aku sudah sangat ingin kontolnya memasuki memekku. Di atas
ranjang aku kembali menciuminya. Aku minta dia mengisap-isap tetekku.
Mulanya, dia agak kaku mengisapnya. Aku yakin sekali kalau dia belum
pernah mengisap tetek pacarnya, apalagi bersetubuh dengan pacarnya.
Berciuman saja dia masih kaku, apa lagi bersetubuh. Dia belum tahu
bagaimana caranya memuaskan perempuan. Aku harus mendidiknya dalam
beberapa kali lagi. Tapi kali ini, aku ingin sekali kontolnya bisa
memasuki lubang memekku.
Setelah kontolnya mengeras, dengan
cepat aku menaiki tubuhnya dan mengangkangi kedua kakinya, lalu
memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Dengan cepat aku menggoyangnya
dari atas tubuhnya. Aku mencari-cari titik-titik sensitif di dalam
memekku. Begitu ketemu, aku memusatkan gerakanku khusus untuk itu. Aku
harus sampai ke puncak lebih dahulu. Benar saja. Denny sudah kembali
merasakan sensasi nikmat dari goyanganku. Sebentar lagi dia akan sampai
dan aku harus mendahuluinya jika tak ingin kehilangan kenikmatan.
Kujilati
lehernya dan tetekku kugesek-gesekkan ke dadanya. Lidahnya yang dia
julurkan aku isap-isap dengan lembut, sementara tanganku mengelus-elus
kepalanya. Laki-laki mana yang tak senang kepalanya dielus-elus dengan
lembut. Aku lebih cepat lagi menggoyang dan menggoyang. Kutekan
kuat-kuat, hingga batangnya mentok di ujung paling dalam memekku. Aku
memutar-mutar pantatku hingga aku merasakan ujung kontolnya
menggesek-gesek ujung memekku yang terdalam. Dan... aku pun sampai ke
puncak kenikmatan. Aku memeluknya kuat sekali dan terus menekan lebih
dalam lagi kontolnya ke dalam memekku. Kugigit-gigit lehernya, membuat
dia kelimpungan. Dan aku merasakan semburan lahar panas dari dalam
batang kontolnya. Denny sampai ke puncaknya.
Sejak saat itu, kami selalu melakukan persetubuhan kami. Denny semakin hari, semakin pintar bersetubuh.
Aku
bukan haus seks namanya, kalau aku puas hanya dengan Denny. Setelah aku
muak dengannya, aku mencari mangsa lain. Paling setiap dua minggu
sekali aku memberinya sebuah celana jeans model terbaru. Makan atau
minum serta rokok sebungkus setiap kali kami pergi ke hotel. Untuk
anak-anak pemula, biayanya tak perlu banyak. Yang penting rayuan kita
dan pintar memujinya.
Terserah apa kata orang lain terhadapku. Aku butuh kontol dan seks. Aku butuh kenikmatan. Yag penting aku tidak hamil.
"Mau beli apa, Dik?" tanyaku kepada seoang pembeli yang berseragam SMP.
"Mau
beli sepatu untuk Basket, Tante." katanya sembari melihat-lihat contoh
sepatu yang kupajang. Seketika itu juga hatiku berkata. Alangkah
gantengnya anak ini, masih kecil sudah begini gantengnya, bagaimana
kalau sudah dewasa, bisik hatiku.
"Untuk anak ganteng seperti kamu, akan Tante berikan harga yang termurah." kataku merayu. Dia melirikku dengan senyumnya.
Ah,
hatiku bergetar. Apakah aku sudah gila, aku harus mencintai laki-laki
berusia 15 tahun, hanya dua tahun di atas usia anakku? Kudekati dia dan
aku bantu memilihkan sepatu yang cocok untuknya. Tingginya sebahuku. Aku
sengaja mendekatinya agar aku bisa mengukur tingginya. Namanya Andri.
"Kamu sendirian saja belanja? Kenapa enggak ditemani pacar?" kataku menggodanya.
"Belum punya pacar, tante." katanya malu-malu.
”Nanti kalau pakai sepatu baru, pasti ada perempuan yang suka kepadamu," kataku memuji.
"Siapa, Tante? Tante ya?" katanya dengan bijak, tapi matanya terus memilih sepatu.
"Kalau
iya, apa kamu mau sama tante. Tante kan sudah tua? Tapi namanya cinta
kan tidak membedakan umur, kan?" kataku pula bergenit-genit.
"Katanya
cinta itu buta kok, Tante," katanya pula sok pintar. Sewaktu dia mau
mengambil sepatu yang terletak agak di atas, aku sengaja membantunya
mengambilkan dari belakang. Sengaja kugesekkan tetekku ke punggungnya
dan menyentuhkan perutku ke pinggangnya. Ah, lagi-lagi memekku berdenyut
kencang.
"Ah, anak ganteng. Andaikan kamu pacar tante, akan
tante ajari kamu berciuman," kataku setengah berbisik, tapi aku sengaja
dia mendengar ucapanku. Aku lihat dia tersenyum, walau dia sengaja
menyembunyikan senyumnya.Entah kenapa aku yakin sekali, mampu memperoleh
anak ini sebagai teman kencanku. Aku tak mau berkencan dengan laki-laki
tua yang egois. Aku mau anak muda yang bau kencur, manja dan masih baru
belajar. Aku bangga mengajarinya pintar soal seks. Dia harus
mendapatkan pelajaran seks pertama dariku. Itulah tekadku.
Aku
buka tali sepatu dan aku masukkan ke kakinya. Dia duduk di kursi dan
aku berjongkok di lantai. Dengan menunduk aku memperlihatkan buah dadaku
dan selangkangan pahaku kepadanya. Aku tahu dia mulai melirik ke
sela-sela pahaku dan sesekali matanya juga menatap tajam ke belahan
dadakui. Anak laki-laki sekarang memang cepat sekali mengetahui soal
seks. Apakah soal gizinya yang sudah cukup atau dia sudah mampu
mengakses internet, hingga sudah bisa mengetahui banyak hal tentang
seks? Entahlah. Aku tak perduli dan aku harus mendapatkannya.
"Kamu ganteng sekali, Andri. Mau ya jadi pacar tante?" kataku.
"Tante
enggak punya suami?" tanyanya sembari mengikat tali sepatunya.
Pertanyaan anak kecil kah ini? Atau pertanyaan orang dewasa.
"Tante sudah bercerai. Tante nggak mau dimadu, tante minta cerai," kataku bergenit-genit.
"Pacaran itu enak nggak, Tante?" tanyanya.
"Wah,
tentu enak. Kalau tidak, mana mungkin orang pacaran," kataku sembari
memasukkan satu lagi sepatu ke kakinya. Pembeli memang lagi sepi sore
itu.
"Kalau tante jadi pacarku, kita ciuman?" katanya
bertanya. Tapi tangannya terus membetuli sepatunya, seperti dia sedang
bicara sesuatu yang lain. Orang lain tidak akan tahu apa yang sedang
kami bicarakan.
"Tentu dong. Kalau kamu belum pernah ciuman,
nanti tante ajari," kataku meyakinkannya.Harga sepatu sudah jadi.
Harganya pas sesuai harga beli. Aku tidak beruntung sedikitpun. Dia
membayarnya dan menuliskan sesuatu di atas kertas. Ternyata dia menulis
nomor phone cell-nya. Aku tersenyum.
Sorenya aku iseng menekan tuts HP-ku ke nomornya dan mengirimkan SMS padanya. "Hallo, Sayang. I Love u," tulisku.
Tak
lama, SMS-ku terbalas. "I Love u 2" katanya. Dari SMS, dia mengatakan
akan datang ke kiosku sebelum aku tutup, dia mau menciumku dan memintaku
agar mengisap kontolnya seperti yang dia tonton di VCD porno.
Aku langsung menjawabnya, ”Ok, aku pasti menunggumu.”
Benar
saja. Ketika aku mau tutup, dia sudah berada di depanku dengan
pakaiannya yang lain dan sudah mandi bersih. Dia masuk ke dalam kios dan
duduk di sebuah sudut. Nekat juga anak ini, pikirku. Apakah dia serius
atau ini sebuah jebakan? Aku melihat ke sekitar, ternyata tak ada
tanda-tanda dia membawa orang lain. Cepat kututup pintu kios dan melihat
kondisi, meyakinkannya benar-benar aman. Setelah pintu kukunci, aku
mematikan lampu dan langsung menyerbunya. Kuciumi bibirnya dan aku
memeluknya sembari meraba-raba kontolnya. Aku merasa kontolnya sudah
tegang dan keras. Andri meremas-remas tetekku dari balik pakaianku.
Setelah puas meremas-remas tetekku dan tangannya dia masukkan ke dalam
bra-ku, dia memelukku.
"Aku berdiri yang tante," katanya.
"Untuk apa, Sayang?" sahutku.
Dia
tak menjawab pertanyaanku. Langsung saja dia berdiri dan aku masih
duduk di kursi pendek, dia keluarkankan kontolnya dan ia rahkan ke
mukaku. Cepat kutangkap kontolnya dan segera menghisap-hisap serta
menjilatinya penuh nafsu. Dia memegangi kepalaku saat aku memaju
mundurkan kontolnya di dalam mulutku.
Aku tak mau dia
mengeluarkan spermanya di dalam mulutku, karena aku butuh kontolnya
masuk ke dalam memekku. Jadi kubuka celana dalamku dan kuangkat rokku ke
atas.
"Kamu duduk di kursi, Sayang," pintaku. Setelah dia
duduk, aku menaikinya. Kedua telapak kakiku bertumpu ke sisi kursi dan
aku jongkok mengarahkan memekku ke kontolnya. Perlahan kontolnya
memasuki memekku yang sudah sangat basah. Aku segera menggoyangnya dan
memutar-mutar pantatku hingga kontolnya berada pada ujung memekku yang
paling dalam. Ternyata anak ini jauh lebih pintar dari Denny. Walau usia
Denny sudah 19 tahun, tapi Andri memang pemuda yang kelihatan banyak
menonton film porno. Dia memelukku kuat-kuat dengan gemas.
"Cepat,
Tante, Andri sudah mau keluar," bisiknya takut didengar orang dari luar
kios. Aku juga harus lebih dulu keluar dan mencapai puncak
kenikmatanku. Kuputar dan kugoyang pantatku semakin cepat sampai
akhirnya aku merasakan suatu getaran halus dari dalam diriku. Aku sampai
ke puncak nikmatku. Kutekan kuat-kuat tubuhku sampai Andri merasa
terbebani oleh tubuhku. Lalu dia juga menyemprotkan spermanya ke dalam
memekku. Kami berpelukan erat.
Andri seorang anak laki-laki
yang masih sangat remaja. Orang-orang selalu berkata, kalau bersetubuh
dengan anak remaja tingting, kita harus sabar dan harus pandai
meuji-mujinya. Pujian, adalah kesukaan mereka dan pujian adalah
keinginan setiap laki-laki remaja.
"Kapan lagi, Tante?" katanya sambil meremas-remas tetekku.
"Kapan saja, Sayang. Tapi kalau bisa, kita harus di hotel biar bebas," kataku. Dia menyanggupi.
Sejak
saat itu, kami mulai melakukannya, bukan di hotel saja, tapi lebih
sering di villa orangtua Andri. Ternyata Andri anak orang yang maha
kaya. Hampir setiap malam SMS-nya terkirim untukku. Kata-katanya sangat
mesra, layaknya dua remaja sedang bercinta. Inilah petaka buatku. Dalam
kekhilafanku, anakku membaca semua SMS itu, ketika tak sengaja HP-ku
tertinggal di rumah.
Begitu aku pulang dari kios, Anto, anakku, langsung memberondongku dengan sejuta pertanyaan. ”Siapa Andri itu?”
Darahku
langsung berdesir. Aku berusaha berbohong. Aku mengatakan kalau Andri
adalah pelangganku. Tapi Anto meminta aku jujur. Aku menekankan kalau
Andri adalah pelangganku. Tapi Anto menunjukkan selembar kertas, isi SMS
Andri kepadaku yang sudah dia salin kembali. Aku tertunduk tak bisa
menjawab."Malam ini Mama juga mau ngentot nggak sama Anto?" katanya. Aku
memberikan penjelasan, kalau dia masih SMP dan belum boleh
melakukannya. Lagian, dia juga anakku!
"Andri juga kan masih SMP, Ma?" katanya tegas.
”Tapi dia bukan anakku,” kataku tegas.
Anto
terus memaksa, dia mengancam akan menceritakan semua ini kepada
neneknya (ibuku). Dia memang sangat dekat dan dimanja oleh ibuku. Mati
aku, bisikku. Aku diam saja. Tetap berusaha menolak bersetubuh
dengannya.
Besoknya, Anto tidak pulang ke rumah.
Kuhubungi
HP-nya, tidak aktif. Aku sangat kesal. Aku juga takut kalau-kalau Anto
pergi entah kemana. Aku hubungi teman-temannya, mereka juga mengatakan
tidak tahu Anto pergi kemana. Menurut salah seorang temannya, Anto sudah
membawa beberapa setel pakaian dalam ranselnya.
Aku
menghubungi ibuku. Beliau juga terkejut dan malah aku dimarahi kalau
sampai cucunya tak ditemukan. Aku mengatakan hanya terjadi pertengkaran
kecil saja dengan Anto. Aku berbohong kepada ibuku.
Esoknya
aku tidak buka kios dan aku ke sekolahnya, ternyata Anto tidak masuk
sekolah. Dua hari dia tidak masuk sekolah dan aku sudah kesusahan.
Apakah dia pergi ke rumah ayahnya? Kalau itu yang terjadi, aku bakal
kehilangan dirinya untuk selama-lamanya, apalagi kalau Anto sempat
bercerita kepda ayahnya tentang pacarku yang bernama Andri. Hak mengasuh
anak akan jatuh ke tangan suamiku.
Tidak ingin itu terjadi,
segera aku kirimkan SMS kepada Anto. "Sayang, pulanglah. Mama sangat
rindu. Apa pun yang Anto minta, akan mama kabulkan."
Dadaku
berdetak keras menunggu jawabannya. Aku berharap Anto mau pulang ke
rumah, karena dia adalah milikku satu-satunya. Tiba-tiba HP-ku bergetar.
Segara kubuka. Dari Anto. "OK, Sayang. Aku sedang menuju pulang,"
katanya.
Seeerrrr... darahku terasa kembali mengalir. Cepat
aku membenahi diriku. Aku tak mau kelihatan kusut. Aku menunggu Anto.
Detik-detik terasa sangat lambat sekali dan membosankan. Bagaimana Anto
yang sudah tiga hari tidak bertemu denganku. Apakah dia sehat?
Kembali darahku berdesir begitu melihat Anto sudah berada di ambang pintu rumah.
Kusongsong
dia dan kupeluk tubuhnya dengan penuh kasih sayang. Dia cepat masuk ke
dalam rumah dan menutup pintu lalu menguncinya. Di seretnya aku ke dalam
kamarnya.
"Ada apa, Sayang?" kataku. Anto tak menjawab. Dia membuka semua pakaiannya dan bugil.
"Mama
buka juga," katanya seperti memerintah. Aku terkesima. Sampai akhirnya
Anto yang mendatangiku dan membuka semua pakaianku. "Sesuai janji dalam
SMS," katanya.
Aku terdiam pasrah, kubiarkan dia membuka
seluruh pakaianku sampai aku telanjang bulat. Kubiarkan dia melihat
seluruh tubuhku. Ingin rasanya aku mencekik dan membunuhnya karena dia
telah memperlakukan ibunya seperti ini. Tapi mana bisa, kehilangan dia
dua hari saja sudah membuat aku kelimpungan!
Anto memelukku
dan mengisap tetekku. Lalu dia meraba memekku dan memasukkan jarinya ke
celah-celah memekku. Mulanya aku biasa saja, tapi lama kelamaan aku
menjadi bergetar juga. Semua yang dia lakukan, persis seperti apa yang
dilakukan oleh Andri. Aku baru sadar, kalau dia sudah membaca semua SMS
Andri. Semua yang dilakukannya kepadaku, Andri tulis di dalam SMS yang
dia kirimkan. Anto mengikuti isi SMS Andri itu rupanya. Dasar aku
perempuan yang haus akan seks, rabaan Anto anakku itu membuatku birahi
juga pada akhirnya. Aku birahi dengan anak kandungku sendiri.
Didorongnya
aku ke ranjang. Lalu dikangkangkannya kedua pahaku dan ia mulia
menjilati lubang memekku dengan rakus. Lagi-lagi aku mengingat isi SMS
Andri padaku yang puas menjilati memekku. Aku jadi lupa kalau yang
sekarang sedang melakukan itu kepadaku adalah Anto, anakku sendiri. Aku
mengimbanginya dengan mengelus-elus kepalanya. Perutku sudah pula
dijilatinya dan kini mulutnya sudah menjilati dan menghisap-hisap lagi
tetekku. Aku menggelinjang. Anak yang hampir 13 tahun itu begitu rakus
dan begitu beraninya memperlakukan aku seperti kekasihnya sendiri.
Sambil
aku memberikan respon, aku bertanya kepadanya. "Apakah sebelumnya kamu
sudah pernah melakukan yang seperti ini, Sayang?" kataku.
"Sudah!" jawabnya singkat dan terus menjilati tetekku.
"Sama siapa, Sayang?" aku jadi gelisah dan resah sembari menikmati juga jilatan dan hisapannya.
"Sama Bibi," katanya. Ah, bajingan! Ternyata anakku sudah melakukannya dengan adik perempuanku yang juga baru saja bercerai.
"Dimana, Sayang?"
"Di rumah nenek."
"Kapan, Nak?"
"Bulan lalu,"
"Berapa kali, Nak?"
"Enam
kali," katanya tanpa ragu. Pantas Anto sudah ketagihan seks, karena dia
sudah merasakan nikmatnya seks dalam usia yang sangat muda sekali. Sama
seperti Andri yang sudah ketagihan seks denganku.
Kuraba
kontol Anto yang sudah mengeras. Dia sudah menindih tubuhku dan
mencari-cari lubang memekku. Aku menuntunnya dan memasukkan kontolnya ke
lubangku. Begitu cepatnya kontol itu memasuki lubangku dan Anto segera
mengocoknya lembut disana. Kontol Anto sama besarnya dengan kontol
Andri.
Ketika ujung pentilku digigit-gigitnya, aku menggelinjang.
Aku mulai merasakan nikmatnya. Kami berpelukan dan saling menggoyang.
Anto jauh lebih pintar dari Andri, apalagi jika dibandingkan dengan
Denny yang sudah 19 tahun itu. Aku mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi
agar kontol Anto kebih leluasa keluar-masuk.
"Ma, mulai
sekarang, mama nggak boleh lagi sama Andri. Anto yang akan menggantikan
Andri." katanya sembari terus mengocokkan kontolnya ke memekku.
"Iya, Sayang," aku menyahut pendek.
"Daripada mama berikan dia celana, kan lebih bagus mama berikan kepada Anto, anak mama sendiri," katanya lagi.
"Iya, Mama janji, Sayang." kataku.
Kami
terus saling memuaskan dan saling menggoyang. Sejak saat itu, kami
terus melakukan persetubuhan dan aku tidak mau lagi menggoda laki-laki
lain yang merugikan usahaku.
Anto harus tetap menjadi milikku, bukan milik ayahnya. Lahir batin Anto adalah milikku.
Home
»
Anak
»
Cerita Sex Remaja
»
Cerita Sex Terbaru
»
Dengan
»
Kandungku
»
Kumpulan Cerita Sex
»
Ngentot
»
Sendiri
» Kumpulan Cerita Sex Ngentot Dengan Anak Kandungku Sendiri
Saturday, August 11, 2018
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment