Kumpulan Cerita Sex 2018 - Hari ini badanku terasa lelah sekali, seharian ini banyak sekali
pekerjaan yg kuselesaikan, meski selesai semua rasanya puas juga
menjalani kesibukan hari ini. Sore itu waktu sudah hampir setengah 6
sore, setelah membereskan berkas-berkas di ruang kerjaku aq siap pulang
kerumah, mobil kijang hijauku sudah siap di tempat parkir mengantarku
pulang.
Kulihat jalanan di depan kantorku terlihat lancar,
ternyata perkiraanku salah, kurang lebih 1 km dari kantor, jalanan macet
total, ya sudahlah nikmati saja daripada menggrutu juga nggak ngurangi
macet.
Lokasi kantorku kebetulan dekat dengan jajaran
pabrik-pabrik, dan jam segitu rupanya macet angkuta umum yg mencari
penumpang, tiba-tiba ditengah kemacetan jalanan kulihat didepan sebuah
toko ada seorang perempuan yg manis sekali, kulitnya putih, tingginya
sekitar 165 cm dengan menggunakan seragam pabrik biru-biru ditutup
blazer hitam terbuka yg kelihatan ketat terlihat dadanya begitu
menyesakkan baju seragamnya, untuk ukuran karyawan pabrik, cewek itu
terlalu cantik, meski bajunya begitu sederhana tdk sebanding dengan
kecantikannya.
Kuperhatikan dengan seksama, dia kelihatan
memandangku dan tersenyum tipis menatapku, akupun tersenyum
memandangnya, tiba-tiba aku dikagetkan suara klakson mobil dibelakangku,
cepat-cepat kutancap mobilku berhubung jalan didepan sudah lancar
sekitar 30 meter ke depan.
Menyesal sekali aku tdk bisa berhenti
waktu itu, kulihat di spion perempuan itu naik angkot di tiga mobil
dibelakangku.. Seandainya saja?
Sekira 200 meter jalan lancer,
tiba-tiba kemacetan datang lagi, makin sumpek aja aku, akhirnya kulihat
didepan ada toko kecil dengan tempat parkir yg agak luas, akhirnya lampu
sent mobil kunyalakan kekiri dan aku berhenti, meski masih ada rokok,
kuniatkan beli lagi sambil beli minuman ringan, sambil berharap
perempuan di angkot belakang bisa ketahuan lagi jejaknya.
Alamak.. Sambil minum teh botol dingin, tiba-tiba saja angkot dibelakang
yg membawa perempuan itu berhenti, aku berharap.. Tiba-tiba benar saja
perempuan itu turun kemudian membayar ongkos ke sopir di depan.
Wah memang benar kalau sudah jodohku nih.. Kulihat perempuan itu masuk
juga ke dalam toko, sambil tersenyum tipis dia menuju ke penjual toko
itu dan kulihat membeli lima buah indomie, susu dancow dan kopi instant
lima sachet.
“Lho rumahnya dimana Mbak?” tanyaku sambil tersenyum.
“Oh saya kos dibelakang toko ini, Mas,” jawabnya sambil mencari dompet dari dalam tasnya.
“Nama saya Iwan, boleh kenalan Mbak?” tanyaku sambil menjulurkan tangan buat bersalaman.
“Saya Nuning, Mas,” jawabnya sambil senyum dan menjabat tanganku..
Busyet tangannya mulus sekali dan hangat sekali agak berkeringat.
“Berapa Mbak?” kata Nuning pada penjual toko sambil mengeluarkan dompetnya.
“Dua puluh sembilan ribu limaratus Mbak “jawab penjual toko itu.
“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus” kataku
sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga toko.
“Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Nuning sambil ngeluarin dualembar uang duapuluh ribuan.
“Ya sudah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin kopi
dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu macet, boleh
nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
“Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas, kata Nuning sambil tersenyum.
“Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngrepotin minta kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.
“Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil kukasih wanita penjaga toko uang limaribu”
“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.
Nuning tersenyum dan mengajakku berjalan di gang sebelah toko itu,
jalannya kecil cuman satu meter lebarnya, jadi kalau jalan nggak bisa
bareng, harus satu-satu, Nuning jalan di depan dan aku dibelakangnya.
Kuperhatikan selain dadanya yg membusung, ternyata pinggul dan pantat
Nuning benar-benar montok habis, sampai-sampai rok yg dipakainyapun
membungkus ketat pantat indah itu serasi sekali dengan pinggul yg
ramping, ditambah bau tubuhnya yg wangi meski kutahu itu bau parfum
biasa.
Kira-kira duapuluh meter jalan, Nuning berhenti dan
membuka pagar besi kecil disebuah rumah tanpa halaman dan ternyata
didalamnya berjajar kamar-kamar kontrakan dengan pembatas tembok satu
meter antar kamarnya.
“Disini Mas, kamarku paling ujung, dekat
dengan kamar mandi, silahkan masuk dulu Mas, aku mau panasin air
sebentar buat bikin kopi” kata Nuning nerocos.
Kamarnya ternyata
cukup bersih, di ruang tamu ada karpet biru, meja kecil ditengahnya dan
diujung TV 14 inch terpasang rapi ditambah hiasan manik-manik yg bagus,
tak sempat kulihat kamar tidurnya, tapi melihat ruang tamunya tertata
rapi aku yakin kamar tidurnya pasti bersih juga.
Kuambil remote
TV dan kunyalakan, pas berita sore, kuikuti perkembangan pencalonan
presiden dari para politikus negeri ini, tapi aku lebih tertarik melihat
foto dibelakangku ternyata foto Nuning menggunakan kebaya dan samping,
cantik sekali.. Tdk dandan saja dia cantik, apalagi dalam foto itu
belahan dada kebaya agak rendah, sehingga sembulan toket putihnya
kelihatan seksi dan erotis sekali.
“Itu fotoku waktu di kampung bulan lalu Mas, waktu acara kawinan sepupuku” kata Nuning sambil membawa dua gelas kopi.
“Memangnya kampungmu dimana? Dan lagi jadi apa waktu acara itu?” Tanyaku sambil membantu nurunin gelas kopi ditaruh di meja.
“Kampungku di Cianjur Mas, waktu itu aku kebagian ngisi nari Jaipongan,
yah gini-gini aku penari Jaipongan Mas, meski hanya sebatas acara di
kampung aja” Kata Nuning sambil tersenyum manis.
“Pantesan tapi cantik juga kamu baju kebaya ya, lebih sensual dan menarik” Kataku sambil memandang wajah cantiknya.
“Pantesan apa Mas? Masak orang kampung gini dibilangin sensual dan menarik” Kata Nuning.
“Pantesan tubuh kamu bagus dan terawat itu karena rajin jaipongan ya”
“Ah Mas, bisa aja,” katanya sambil mencubit tanganku.
“Silahkan Mas diminum kopinya, aku tinggal sebentar ya mau mandi dulu, udah gerah banget nih rasanya”
Nuning masuk ke dalam kamarnya dan mengambil peralatan mandi, letak
kamar mandi kontrakan itu ada di luar tapi masih dekat dengan kamar
Nuning mungkin cuma sekitar 4 meter saja dari pintu kamarnya.
“Tunggu sebentar ya Mas, silakan diminum kopinya” Nuning berjalan dengan
berkalungkan handuk putih dipundaknya, sementara rambutnya diikat ke
belakang, terlihat cantik dan alami sekali.
Sekitar sepuluh
menit Nuning di dalam kamar mandi, kudengar suara, ‘waduh gimana nih
bajunya basah gini,’ akhirnya aku mendekat kamar mandi dan berteriak.
“Ada apa Ning? Ada yg bisa saya santu?” kataku sedikit cemas dan heran.
“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa diluar ada orang lain?” Tanya Nuning sambil teriak.
“Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berjalan ke pagar dan gang kecil menuju rumahnya.
“Nggak ada siapa-siapa” Kataku sambil mendekat ke pintu kamar mandi.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan kulihat Nuning hanya berbalut
handuk putihnya, kulihat pundaknya putih sekali, sementara toketnya yg
montok sedikit menyembul dan pahanya yg putih dan mulus sekali terlihat
tertutup handuk kira-kira 20 cm diatas lututnya, wah aku jadi kaget
sekali dan tiba-tiba Nuning menengok dari belakang pintu dan berlari
menuju kamarnya.
“Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu ya,” kata Nuning sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut handuk.
Melihat pemandangan yg menggairahkan itu, mengakibatkan otot dalam
celanaku berdenyut-denyut, dan sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya
montok bener’. Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan
melihat-lihat lagi foto sensualnya.
“Maaf ya Mas, sebenarnya aku
malu tadi,” kata Nuning sambil duduk di sampingku, Nuning sore itu
memakai kaos kuning dan bawahan celana strit hitam ketat sebatas lutut,
namun kaos panjangnya menutupi bagian bawah sampai 10 cm diatas lutut.
Malam itu kita hanya ngobrol saja sampai jam delapan malam, dari
obrolan itu kutahu kalau Nuning sudah hampir setahun bekerja, pernah
kuliah D-1 bagian Sekretaris dan sekarang bekerja di bagian administrasi
keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa Nuning sudah punya pacar di
kampungnya, namun orangtuanya kurang setuju.
“Jangan kapok main ya Mas,” kata Nuning berharap.
“Justru aku yg berharap boleh main kesini lagi kalau kamu nggak
keberatan,” kataku sambil memakai sepatu, sambil berjalan pulang
kuberikan kartu namaku.
“Kalau ada apa-apa telpon aja,” kataku
sambil bersalaman, perlahan kuremas tangan halusnya dan Nuning kelihatan
malu dan tertunduk.
“Daah” aku pamitan dan Nuning mengantarkan aku sampai ke tempat parkir.
Setelah perkenalan itu, kurang lebih dua bulan, kami hanya bersahabat
saja, bahkan Nuning menyatakan kekaguman karena aku nggak pernah
bertindak tdk sopan, meski kami sering pulang sampai jam 10 malam,
paling hanya berpegangan tangan saja, entahlah mungkin lama-kelamaan dia
mulai sayang, meski sudah kuceritakan bahwa aku sudah beristri dan
punya seorang anak. Hingga suatu hari, aku masih ingat itu hari Rabu,
dia menelpon ke HP-ku,
“Mas, aku pengen ngobrol bisa nggak, sore ini jemput aku ya?” kata Nuning di telepon.
“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya nanti aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya, sampai nanti di tempat biasanya,” Nuning menutup telponnya.
Tepat jam 16.30 aku meninggalkan kantor, kulihat dari kejauhan Nuning
sudah menunggu dan sedikit melambaikan tangan kegirangan. Nuning masuk
ke mobilku dan tersenyum.
“Mas, kita jangan pulang dulu ya, aku pengen cerita banyak dan menenangkan hatiku,” kata Nuning sambil menatapku.
“Oke, kita jalan-jalan ke Ciater aja ya, disana kita bisa berendam air
panas sambil ngobrol,” ajakku sambil terpikir ada kolam renang yg memang
cukup nyaman untuk berendam di malam hari.
“Oke, kayaknya asyik juga tuh,” Kata Nuning mengiyakan.
Aku menelepon ke rumah, dan bilang ada pekerjaan di kantor yg harus
diselesaikan, kalau ada apa-apa ngebel aja ke kantor, kebetulan aku
sudah setting teleponku tiga kali kring di-forwardkan ke HP-ku.
“Kamu ada masalah apa, kok kelihatan kusut begitu?” kataku sambil mencubit dagu Nuning.
“Nggak tahu kenapa aku pengen cerita masalahku ke Mas, kayaknya aku
tenang kalau udah ada di sampingmu Mas,” kata Nuning sambil memegang
lenganku.
Posisi mobilku memang agak susah untuk berdekatan,
hingga akhirnya Nuning hanya bisa memegang lenganku saja. Sambil sedikit
berkaca-kaca, Nuning menceritakan bahwa pacarnya di kampung sudah
memutuskan hubungan dengannya. Selama di perjalanan aku banyak kasih
nasehat dan pengertian kepadanya, dan diapun kelihatan lebih tenang.
Sampai di Ayam Goreng Brebes, Lembang aku memarkirkan mobilku.
“Kita makan dulu yuk,” ajakku.
Berhubung tempat parkirnya penuh, aku agak jauh memarkir mobilku, dan
baru kali ini Nuning berani berjalan disampingku sambil memeluk
pinggangku, akupun akhirnya merapatkan tubuh dan memeluk pundaknya
sambil menuju ke tempat makan.
Menuju ke Ciater, diperjalanan
Nuning memandangku terus dan tiba-tiba saja bibirnya mengecup pipiku,
aku agak gugup namun menikmati juga, sambil sesekali kuremas tangan
halusnya. Wah mau nggak mau banyaknya rangsangan selama perjalanan mulai
mempengaruhi adrenalinku juga. Dan sesampai di Ciater ternyata
suasananya hujan agak deras, jam sudah menunjukkan jam delapan malam,
berendam di kolam renang rasanya nggak mungkin, pulang juga sudah
telanjur, akhirnya kutawarkan ke Nuning.
“Gimana kalau kita berendamnya di kamar aja?”
Aku agak khaNuningr dia keberatan, tapi katanya, “Ya terserah Mas aja” kata Nuning.
Di front room hotel, aku booking satu kamar yg ada bathtub buat
berendam air panas, didepan meja frontroom Nuning masih memeluk
pinggangku, kali ini terasa kelembutan dadanya menyentuh badanku, dan
ini mau nggak mau berpengaruh pada otot pejal didalam CDku.
Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget setelah hujan,
hingga perjalanan menuju ke kamarpun harus perlahan, petugas hotel sudah
menunggu di depan kamar dan membukakan pintu kamar.
“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.
“Sementara belum Mas, nanti saja kalau perlu saya telpon dari kamar,” kataku sambil memberi sedikit tips buat petugas hotel.
Nuning masuk ke kamar dan aku masih duduk di ruang TV, sambil
mencari-cari chanel yg bagus, sambil melepas penat dua jam lebih di
belakang kemudi. Tiba-tiba Nuning keluar dari kamar, alamak Nuning sudah
berganti baju dengan celana pendek pink ketat dan kaos senam ketat
putih polos pendek hingga kelihatan pusarnya, kulihat bayangan puting
toketnya yg kecoklatan, tanpa dibungkus beha, pahanya putih dan mulus
menantang, sementara pantatnya yg bahenol tercetak ketat di celananya
dan dadanya benar-benar montok menantang.
“Ayo Mas, katanya mau berendam? Jangan liatin gitu dong,” Kata Nuning sambil duduk disampingku.
“Oke, tapi aku nggak bawa baju berendam nih,” kataku sambil membuka
baju kerjaku, aku yg sudah tdk kuat melihat pemandangan yg memancing
birahi itu.
“Mas, badanmu kekar juga ya, “kata Nuning sambil
memeluk lenganku dari samping, terasa toket montoknya melekat erat di
lenganku.
Perlahan kuusap paha putih Nuning dan tiba-tiba Nuning
berdiri dan duduk di pangkuanku, akhirnya tubuh montok itu kupeluk
sambil kuangkat kakinya kuletakkan pahanya yg putih, mulus dan hangat
itu diatas pangkuanku. Perlahan Nuning menatap mataku, kemudian
memelukku erat sekali, terasa sekali kekenyalan toket montoknya, meski
terhalang kaos tipis yg dipakainya, cukup lama Nuning menyembunyikan
wajahnya di bahuku, kemudian dia berkata lirih.
“Mas, aku sayang
kamu, aku takut kehilangan kamu Mas,” kubelai perlahan rambutnya,
kurenggangkan pelukannya dan kutatap mata Nuning, dalam hitungan detik,
bibir kami saling melumat pertama agak perlahan, sambil kunikmati
kelembutan bibirnya, cukup lama kami beratraksi dengan bibir kami dan
makin lama pagutan dan ciumannya makin buas, dan kamipun saling melumat
bibir.
Perlahan ciuman kami agak melemah, lembut kuciumi
lehernya, belakang telinga dan pundaknya, kukecup lembut tanpa suara,
tangan kananku mendarat perlahan di dadanya, begitu padat, kenyal dan
kencang, sementara tangan kiriku pelahan mengangkat kaos ketatnya.
Nuning menengadahkan wajahnya dan membusungkan dadanya sambil mengangkat
tangannya, dan segera kulepas kaos ketatnya, betul-betul keindahan
toket seorang wanita yg kulihat didepanku, kulitnya yg putih bersih
tanpa cacat, ditambah sepasang toket yg montok, padat dan menantang,
perlahan kujelajahi dan kusapu lembut gunung indah nan menantang itu,
dan perlahan kuusap putingnya yg menonjol keras kecoklatan, mungkin dia
sudah terangsang.
“Mas, pantatku kayak ada yg mengganjal nih, dibuka celananya ya Mas, biar nggak sakit,” kata Nuning.
Aku berdiri dan Nuning membuka reslutingku, melepas ikat pinggangku dan menurunkan celanaku.
“Apa itu Mas?” kata Nuning sambil menutup matanya dengan jari yg masih terbuka.
Otot pejalku yg sudah membesar dan mengeras sekali, tercetak jelas pada
celana pendek katun yg ketat, perlahan kutarik tangan Nuning,
kutempelkan tangannya menyusuri bonggol keras dari luar celana pendekku,
perlahan dan lama-lama Nuning berinisiatif meremas penisku dari luar
celana pendekku.
Kubiarkan Nuning mengelus dengan jemarinya dan
sesekali meremas, kadang pelan kadang agak kuat, mungkin dia mulai
menikmati mainan barunya, sementara kunikmati aliran kenikmatan, sambil
kulihat ekspresinya.
“Gimana Ning?” kataku sambil menatap matanya.
“Mas, aku belum pernah melakukan seperti ini, tadinya malu sekali aku
melihatnya, ternyata kemaluan cowok bisa segede ini ya?” katanya sambil
tersipu.
“Kalau kamu mau, kamu boleh buka celanaku” kataku.
Perlahan tangan halus itu menurunkan celana pendekku dan tiba-tiba
penisku yg sudah tegak dan berdiri keras seolah miniatur tugu monas,
Nuning menatap tak berkedip melihat kemaluanku, pelan jarinya mengelus
batangku yg tegang seperti kayu, urat-urat yg menonjol dia telusuri
perlahan, alamak nikmat sekali, dan garis urat di tengah-tengah bagian
belakang ditelusurinya perlahan,
penisku berkedut-kedut dan tiba-tiba diremasnya kantong pelirku, sungguh kenikmatan yg luar biasa.
Kutarik Nuning untuk berdiri, kebelai pinggul indahnya, berputar
kebelakang meremas bongkahan pantatnya yg bahenol, kupeluk dan kuusap
erat punggungnya, perlahan kukecup lehernya, belakang telinganya dan
pundaknya, kulihat dan kurasakan kulitnya merinding, Nuning mempererat
pelukannya dan menempelkan ketat dadanya yg padat membusung ke dadaku,
paduan antara kehangatan dan aliran birahi yg mengalir lewat kulitnya.
Nuning yg hanya tinggal memakai CD tipis warna pink, menggoyangkan dan
menempelkan ketat kemaluanku yg sudah tegang membesar ke daerah bukit
venusnya, meski masih terpisahkan CDnya, namun kurasakan ada kelembaban
dari balik CDnya. Kulihat mata sendu Nuning menikmati foreplay yg
panjang malam itu, kelihatan dia sudah terangsang sekali, dari sorotan
matanya dan pelupuk matanya yg agak sembab, serta toketnya yg kencang
menantang dengan puting yg mengeras.
Kuraba CDnya dan
kuturunkan, Nuning membantu menurunkan CDnya dan melempar dengan ujung
kakinya, sambil kucium dan kulumat bibir seksinya, kujamah dan kuremas
toket montoknya, dan serta merta kuangkat tubuh telanjang nan mulus itu
ke kamar dan kutidurkan diatas kasur bersprei putih bersih.
Sambil tetap menciuminya, aku tidur merapatkan ke tubuhnya, kaki
kuangkat dan kegesek-gesekkan diatas paha putihnya, sementara tanganku
kembali meremas dadanya yg kian montok dan menggunung dengan puting
susunya yg menonjol kecil kecoklatan. Perlahan aku turun menciumi
lehernya dan memutar-mutarkan lidahku ke gunung kembarnya bergantian,
kusapu hingga basah dengan menyisakan puting, pada bagian akhir nanti,
sementara tanganku menjelajah ke pangkal pahanya, menyibak rambut
kemaluannya yg halus menghitam itu, kuusap bibir memeknya dan Nuning
menggelinjangkan pinggulnya.
Kuperhatikan Nuning memejamkan
matanya menikmati sentuhan dan rangsangan yg kuberikan, sementara tanpa
sadar penisku yg tegak dan keras, diremasnya perlahan dan kadang menguat
saat rangsangan datang menguat. Kumainkan ujung jariku menyapu bibir
memeknya yg sudah membasah dan kusapu pelan belahan lubang memeknya yg
membasah, sambil kujilati putingnya dengan ujung lidahku bersamaan
kuputar perlahan kelentitnya dengan ujung jari telunjukku,
seirama antara jilatan lidahku di ujung putingnya dan usapan ujung jari
telunjukku di ujung kelentitnya, serta merta Nuning menggoyangkan pantat
dan pinggulnya, menggeleparkan dan membuka lebar pahanya dan
membusungkan dadanya hingga kelihatan merangsang sekali, sambil menutup
matanya dengan bibir yg membasah dan sedikit terbuka, sementara
tangannya menggenggam erat sekali kemaluanku yg masih mengeras dan
berdenyut-denyut.
“Uuff mmaas, kau apakan tubuhku ini,” mulut Nuning mengerang menahan kenikmatan.
Tubuhnya menggelinjang keras sekali, pahanya bergetar hebat dan kadang
menjepit tanganku dengan erat saat jariku masih menyentuh kelentitnya,
dan tiba-tiba penisku dicengkeram dengan keras seolah mengajak untuk
menikmati orgasmenya dalam foreplay itu.
Kuremas dengan irama
perlahan toketnya yg tambah mengeras dan membusung itu dengan tangan
kiriku, sementara tangan kananku terjepit diantara kedua paha mulusnya,
kemaluanku diremasnya dan tangan satunya memelukku erat sementara paha
dan kakinya menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan
tak karuan, orgasme pertama sudah dirasakannya.
Tanpa berhenti kumainkan pelan tanpa henti kelentitnya, dan mungkin sekarang Nuning sudah terangsang kembali.
“Mas, tolong masukkan, aku ingin merasakannya sayang,” katanya sambil
menghiba dan meringis menahan kenikmatan tiada tara yg dirasakannya.
Perlahan aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat dipahanya yg
mengangkang dan kepala penisku menempel di kelentitnya menggantikan
ujung jari telunjukku.
Sambil kuciumi leher putihnya, pundak dan
belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir
memeknya yg hangat dan basah, kulihat Nuning merem melek menikmati benda
pejal di bibir memeknya, lidahnya menyapu bibirnya hingga membasah, dan
wajahnya memerah dengan mata merem melek tak beraturan. Dengan perlahan
akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang penisku ke dalam
memeknya, saat kucoba menyelipkan kepala penisku ke mulut memeknya
rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Nuning sedikit meringis dan
membuka mulutnya dan sedikit menjerit.
“Aah,”
Namun
akhirnya kepala penisku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangatan
memeknya, perlahan kumasukkan sesenti demi sesenti, pada sekitar
centimeter ke 4 menuju ke 5, Nuning tiba-tiba berteriak dan menjerit.
“Aduh Mas sakit sekali,” katanya, “Seperti ada yg menusuk dan nyerinya sampai ke perut,” katanya.
“Aku cabut aja ya?”
“Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini,”
Aku yg sudah merasa kenikmatan yg luar biasa dan sedikit demi sedikit
mulai kumasukkan lagi batang penisku. Kulihat Nuning meneteskan air
mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya
penisku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yg belum pernah kurasakan,
penisku serasa digigit bibir yg kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat
sekali.
Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini.
“Mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan penismu Mas, rasanya nikmat sekali”
Perlahan aku mulai mengayun batang penisku keluar masuk ke memek
Nuning, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan
akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin
lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya
melingkar di pantatku dan seolah meminta penisku untuk dimasukkan
dalam-dalam ke memeknya.
Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak
yakin dia sudah tdk begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat
ayunan penisku di memeknya. Nuning berteriak-teriak dan tiba merapatkan
jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya
menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme,
pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin
merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet
dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan
kubenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya.
“Oh, mmas aku keluar.. Ahh.. Ahh.. Ahh,”
Aku merasakan nikmat yg amat sangat, penisku berdenyut-denyut, rasanya
aliran darah mengalir kencang di penisku, dan aku yakin penisku sangat
tegang sekali dan begitu membesar di dalam memek Nuning, sepertimya aku
juga akan mengeluarkan air kejantananku.
Beberapa saat kemudian,
kubuka sedikit jepitan kaki Nuning dipantatku, sambil kubuka
lebar-lebar paha Nuning, kulihat ada cairan kental berwarna
kemerah-merahan dari memek Nuning, penisku rasanya licin sekali dialiri
cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh penisku keluar masuk
dari memek Nuning, nikmat sekali rasanya. Ada mungkin delapan sampai
sembilan kayuhan penisku di memek Nuning, tiba-tiba kurasakan ada
sesuatu yg akan meledak dari dalam penisku dan akhirnya..
Croot.. Croot.. Croot.. Croot..
Memeknya berdenyut-denyut menikmati aliran maniku yg hangat, sementara
kurasakan batangku masih berdenyut-denyut nikmat, kubenamkan batangku
dalam kehangatan memeknya yg basah. Kupandang wajahnya yg berkeringat,
perlahan kusapu dengan tanganku dan kuciumi dengan penuh rasa sayang,
akhirnya kamipun terkulai lemas dan Nuning memeluk tubuhku erat, tanpa
mempedulikan cairan yg merembes keluar dari lubang kenikmatannya.
Ada lebih sejam kami tertidur dalam kenikmatan, dan selanjutnya berdua
kita berendam dengan air hangat di bathtub, hingga badanpun terasa segar
kembali. Setelah menikmati makan malam di cafeteria, akhirnya kamipun
kembali ke kamar jam 12.00 malam, mengulangi permainan dengan lebih
ganas hingga jam 1 dinihari, kamipun tertidur tanpa busana, dan kupeluk
tubuh telanjangnya dalam kehangatan selimut.
Hingga esoknya
kuputuskan untuk mengambil cuti sehari dan sebelum checkout jam 12
siang, kami masih menyisakan dua kali permainan di kamar tidur dan di
bathtub. Lain kali akan kuceritakan pengalamanku dengan Nuning di
kampungnya saat aku mengantarnya mudik.
Bercinta
Cantik
Cerita Sex Remaja
Cerita Sex Terbaru
Dengan
Karyawan
Kumpulan Cerita Sex
Pabrik
Yang
0 comments:
Post a Comment